Isrā’ dan Mi’rāj 17

AL-BAIT AL-MA’MŪR

Nabi saw., kemudian, masuk ke al-Bait al-Ma’mūr. Bersama beliau, masuk pula orang-orang yang pada dirinya terkenakan pakaian berwarna putih. Sementara itu, orang-orang yang pada dirinya terkenakan pakaian berwarna abu, (yang turut masuk pula bersama beliau, berada dalam keadaan) terhalang. Namun, mereka berada dalam kebaikan (dari Allah).

Nabi saw., kemudian, shalat bersama orang-orang yang beriman itu di al-Bait al-Ma’mūr.

Al-Bait al-Ma’mūr adalah suatu tempat yang senantiasa dimasuki, setiap harinya, oleh tujuh puluh ribu malaikat yang tidak akan kembali lagi ke sana sampai hari kiamat.

Al-Bait al-Ma’mūr berkaki di Ka’bah (yang, karena itu, keduanya berada dalam satu garis). Jika sebuah batu jatuh darinya, maka ia akan jatuh ke atas Ka’bah.

Dalam sebuah riwayat lain (diterangkan bahwa di sinilah) disodorkan kepada Nabi saw. tiga cawan yang telah dijelaskan sebelumnya. Beliau mengambil (cawan berisi) susu. Jibrīl membenarkan apa yang dilakukan olehnya sebagaimana telah dijelaskan, lalu berkata, seperti (diterangkan) dalam suatu riwayat, “Inilah fitrah (Dīn al-Islām) yang di atasnyalah engkau dan umatmu berada.”

(Bersambung ke Bagian 18)


QISHSHAH AL-MI’RĀJ

Ditulis oleh al-‘Allāmah Najmuddīn al-Ghaythī, diperinci oleh Abī al-Barakāt as-Sayyid Ahmad ad-Dardīr, dan diterjemahkan oleh al-Ustādz Iqbal Harafa.

RAJABAN
DI PESANTREN DAARUL ULUUM BOGOR
BOGOR

* Sumber Tulisan: http://iqbalharafa.daarululuum.co.id/2018/04/05/dardir-17/


 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *